Pertemuan ke-3 : Sekolah Lansia Berdaya Tingkat Madya Desa Pohbogo
Kegiatan sekolah lansia berdaya Desa Pohbogo Kecamatan Balen program Inklusi PD ‘Aisyiyah Bojonegoro yang dilaksanakan hari Sabtu, 22 Maret 2025. Kegiatan ini bertempat di Balai Desa Pohbogo.
Sekolah lansia dimulai pukul 10.00 WIB yang diawali dengan melakukan senam lansia bersama selama kurun waktu 10 menit, senam ini dilakukan untuk menjaga keseimbangan tubuh dan menggerakkan otot-otot lansia. Dilanjutkan pembukaan dan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars ‘Aisyiyah. Acara ini dilanjutkan dengan sambutan Ibu PRA Pohbogo, Ibu Muzayanah, beliau menyampaikan bahwa dengan adanya Sekolah Lansia Berdaya ini dapat meningkatkan kekompakkan ibu – ibu lansia dan bertepatan di Bulan Ramadhan maka kita harus meningkatkan ibadah kita. Rangkaian kegiatan selanjutnya yaitu sambutan senior program koordinator Ibu Dra. Siti Nurhayati, yang menyampaikan bahwa sebagai seorang ibu rumah tangga perlu memperhitungkan dan mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan uang keluar dan masuk. Hal ini dalam rangka untuk menghindari besar pasak daripada tiang. Bertepatan dengan Bulan Ramadhan, beliau mengingatkan untuk senantiasa beribadah pada Allah SWT serta mengurangi kebiasaan menggibah.

Dr Ibnu Habibi, M.Pd.I sedang menyampaikan materi
Bapak Dr. Ibnu Habibi, M.Pd.I mengawali materi dengan menjelaskan definisi tauhid, tauhid merupakan bentuk mashdar dari Wahhada Yuwahhidu yang berarti “menjadikan sesuatu itu satu atau meyakininya satu. Tauhid berarti meyakini bahwa tiada Tuhan selain Allah, jadi ketauhidan merupakan keyakinan bahwa Allah adalah satu – satunya Tuhan yang berhak disembah. Secara sederhana tauhid dapat dibagi menjadi :
- Tauhid Mulkiyah yang berarti meyakini dalam diri bahwa Allah adalah satu – satunya penguasa,
- Tauhid Rububiyah yang berarti meyakini bahwa yang menciptakan, meemlihara dan mengatur alam semesta adalah Allah,
- Tauhid Uluhiyah yang berarti Tuhan yang boleh disembah dan diibadahi hanya Allah SWT.
Sedangkan iman berasal dari kata amana yu’minu imanan yang beraryi membenarkan, percaya, keyakinan atau kepercayaan. Dalam Islam terdapat 6 rukun iman, yaitu :
- Iman pada Allah SWT,
- Iman pada malaikat,
- Iman pada kitab,
- Iman pada rosul,
- Iman pada hari akhir,
- Iman pada qadha qadar.
Apabila salah satu dari itu ada yang tidak kita percaya maka iman kita tidak sah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa iman adalah mempercayai dengan hati, menyebutkan dengan lisan serta beramal dengan perbuatan sehari – hari. Sebagai contoh perilaku ketauhidan dan keimanan adalah ikhlas dalam beribadah pada Allah SWT, berdoa dan meminta segala sesuatu hanya pada Allah SWT, melibatkan Allah SWT dalam semua aktivitas, serta tidak mendatangi dukun ataupun mempercayai ramalan.
Setelah materi ketauhidan dan keimanan selesai disampaikan. Bapak Ibnu Habibi melanjutkan ke materi GEDSI dalam prespektif Islam. GEDSI sendiri merupakan singkatan dari Gender, Disabilitas, dan Inklusi Sosial. Gender merupakan perbedaan yang bisa dilihat antara laki – laki dan perempuan apabila dilihat dari tingkah laku, dan juga kesetaraan hak dan penghormatan bagi laki – laki dan perempuan. Disabilitas merupakan orang orang yang memiliki keterbatasan fisik, mental atau sensorik dalam jangka waktu yang lama.
Namun dengan adanya keterbatasan tersebut jangan samapi membuat kita memperlakukan mereka dengan berbeda, karena mereka juga memiliki hak yang sama dengan lainnya. Sedangkan inklusi social adalah gerakan social untuk menghargai perbedaan dan keragaman social budaya, toleransi, menghilangkan berbagai hambatan dan penyebab terjadinya diskriminasi, marginalisasi serta eksklusi. Dengan konsep ini, maka kita harus mengedepankan nilai – nilai kasih sayang, keadilan, dan penghargaan terhadap semua lapisan masyarakat tanpa membedakan gender, kemampuan fisik serta status social.
Para lansia sangat antusias mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir, kegiatan diakhiri dengan doa.