Pada tanggal 17 April dan 18 April 2023 Tim Inklsi Bojonegoro ikut serta mengikuti kegiatan Musyawarah Nasional Perempuan 2023. Kegiatan pertemuan ini secara langsung dilaksanakan di Jakarta tepatnya di Gedung Bidakara Pancoran Jakarta secara daring, namun untuk Tim Inklusi di berbagai daerah diselenggarakan secara hybrid melalui aplikasi zoom meeting yang di tempatkan di satu ruangan untuk Bojonegoro berada di gedung Dakwah Muhammadiyah Bojonegoro
,Musyrenbang Nasional Perempuan ini diikuti oleh sejumlah organisasi yang bergerak di bidang kesetaraan gender dan keadilan perempuan, organisasi tersebut ialah 1). Institut Lingkaran Pendidikan Alternatif (KAPAL) Perempuan, 2). Migrant CARE, 3). Bursam Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI), 4). Aisyiyah, 5). Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA), 6). Kemitraan, Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB), dan 7). Perempuan Keluarga Indonesia (PKBI). Wilayah yang disiapkan oleh program Inklusi sebanyak: 31 provinsi, 103 kabupaten, dan 500 desa. kegiatan yang berada di Bojonegoro sendiri ini diikuti sebanyak 50 orang yang terdiri dari anggota BSA (Balai Sakinah ‘Aisyiyah), DP3AKB Bojonegoro, dan beberapa majlis Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Bojonegoro.
Tujuan umum dari pelaksanaan Musrenbang Perempuan Nasional ini adalah meningkatkan partisipasi perempuan dengan keberagaman identitasnya dalam pengambilan keputusan pembangunan dalam rangka mewujudkan pembangunan Indonesia yang inklusif, berkeadilan dan berkesetaraan gender melalui penyusunan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2025-2045 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2025-2029. Kegiatan ini dimulai pada pukul 08.00 WIB untuk Agendra Musyrenbang Perempan Nasioanl ini adalah :
1. Peneguhan oleh pemerintah tentang pentingnya partisipasi perempuan, disabilitas dan kelompok marginal dalam pengambilan keputusan.
2. Sidang 1: Menyusun pemetaan masalah-masalah perempuan berbasis data dan analisis dengan perspektif GEDSI dan pendekatan interseksionalitas. Isu-isu perempuan dengan ragam identitas yang akan dibahas dalam sidang ini adalah :
1) Akses terhadap identitas hukum yang disampaikan oleh PKBI.
2) Pemenuhan perlindungan sosial yang disampaikan oleh KAPAL Perempuan
3) Penghapusan kekerasan seksual yang disampaikan oleh BaKTI
4) Penghapusan perkawinan anak yang disampaikan oleh KPPPA (desa program DRPPA)
5) Partisipasi inklusif dalam pengambilan keputusan yang disampaikan oleh KPPPA (desa Bimtek Kepemimpinan Perempuan).
6) Pemulihan ekonomi dan resiliensi paska pandemi serta ekonomi perawatan (care work) yang disampaikan oleh PEKKA
7) Akses terhadap kesempatan kerja layak yang disampaikan oleh SIGAB
8) Akses Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi yang disampaikan oleh Aisyiyah
9) Pekerja Rumah Tangga, Pekerja Migran dan perdagangan orang yang disampaikan oleh Migrant CARE
10) Adat dan pengelolaan sumber daya alam di wilayah masyarakat adat yang disampaikan oleh Kemitraan.
3. Sidang 2: Berbagi pembelajaran dan praktik baik dalam merespon isu-isu perempuan, disabilitas dan kelompok marginal.
Pada saat sidang 1 yang dilaksanakan pada hari awal belum semua dapat menyampaikan usulan dikarenakan keterbatasan waktu, sehingga ada 3 point yang dilanjutkan pada hari berikutnya sebelum siding ke 2 dilaksanakan.untuk sidang kedua dimulai pada waktu yang sama yaitu pukul 08.00 WIB, dengan jumlah peserta yang sama kegiatan dimulai. Para peserta yang hadir secara daring ini cukup antusias mengikuti kegiatan meskipun terlaksana di akhir bulan Ramadhan yang hampir mendekati hari raya idul fitri. Kegiatan diakhiri pada pukul 15.30 WIB dengan kesimpulan pada hasil sidang 1 dan 2. Ada beberapa point yang di simpulkan, yaitu:
1. pendekatan anak didik lapas
2. adanya kolaborasi dan sinergi dengan pemangku pelaku pembangunan
Menyambungkan dengan kelompok masyarakat sipil
3. mengembangkan layanan public,
4. memperkuat kelompok – kelompok komunitas perempuan disabilitas dan marginal.
Tujuannya untuk memperkuat kepemimpinan perempuan, memperkuat perspektif gender dan inklusif dan merubah stigma masyarakat.
5.Mengembangkan pengetahuan perempuan tentang bagaimana penghidupannya,mengelola sumber daya alam, pengetahuan tersebut menjadi pengalaman yang kuat,
6. bagaimana penguatan ekonomi perempuan dikuatkan,
7. Bagaimana mitra inklusi mengembangkan lebih luas.
8. Pengetahuan perempuan harus di hidupkan.
9. Ada sebuah strategi bagaimana menyambungkan interaksi kelompok – kelompok marginal yang dikomunias dengan masyarakat yang ada di sekitarnya.